Senin, 27 November 2017

Lebih dari Kata Terimakasih Banyak untuk Ummi


Terlalu banyak yamg harus aku pelajari dari seorang wanita tangguh di dalam hidupku. Aku biasa memanggilnya Ummi. Ummiku bernama Faridah, beliau anak ke 9 dari 13 bersaudara. Ummiku menjadi anak yatim sejak kecil kurang lebih berumur 9 tahun. Bisa di bayangkan Ummiku saat itu beserta keluarganya harus berjuang menjalani kehidupan yang serba pas-pasan karena beliau hidup di tengah keluarga sederhana sekali. Ummiku sedari kecil sudah di didik agama oleh kedua orang tuanya. Satu hal yang selalu ia lakukan sampai saat ini yaitu beliau sholat 5 waktu di awal waktu dan sholat qiyamul lail. Ummiku mengajarkan aku dan adik- adikku sholat 5 waktu sedari kecil. Ummiku tak bosan-bosannya selalu mengikatkan kami untuk sholat. Kata beliau “janganlah bosan mengingatkan tentang kebaikan terlebih tentang sholat”. Beliau heran jika ada orang tua yang cape mengingatkan anaknya untuk sholat. Padahal jika orang tua selalu mengingatkan tentang sholat tanpa bosan setiap hari dan memberi contoh nyata, rutinitas tersebut akan menjadi kebiasaan yang tak menjadi beban. Sampai sekarangpun walau anak-anak sudah besar dan sadar akan kewajiban tetap Ummiku selalu mengingatkan akan sholat.
Saya teringat kisah di waktu kecil, saat aku berbohong masalah sholat pada Ummiku. Kisah ini terjadi ketika kira-kira saya berumur 10 thn. Seperti biasa Ummiku selepas pulang berjualan dari pasar hal pertama kali yang beliau tanyakan adalah sholat. Ketika itu waktu sholat Ashar dan saya mencoba tidak sholat dan mengakalinya dengan meletakkan mukenah di atas sajadah dengan posisi seperti sehabis dipakai sehingga agar tampak saya sudah sholat ashar. Ummiku seperti biasa menanyakan masalah sholat. “kamu sudah sholat belum?”. Dengan pedenya saya menjawab sudah Mi. Kemudian Ummiku bertanya lagi “kamu sudah sholat belum?”. Saya jawab lagi “sudah Mi” dengan menunjukan bukti mukenah yang seperti habis di pakai. Ummi langsung marah padaku dan bilang “jangan bohong!” “kamu itu belum sholat!” “orang yang sholat dengan yang belum sholat itu kelihatan dari wajahnya”. Mulai dari saat itu aku tidak berani berbohong pada Ummiku masalah sholat. Meskipun kami sudah sadar tentang kewajiban sholat tapi Ummiku selalu mengingatkan tentang sholat. Misal setiap setengah 5 shubuh kami sudah dibangunkan untuk sholat shubuh sampai berulang kali, sampai aku dan adik-adikku benar-benar beranjak dari tempat tidur. Kebiasaan seperti itu selalu aku rindukan ketika aku tinggal jauh dari rumah. Seperti saat saya mulai kuliah di luar kota dan mulai ngekos. Saat shubuh tiba saya teringat Ummiku yang biasa membangunkan anak-anaknya berulang kali jika kami tidak bergegas dari tempat tidur. Di saat shubuh hari itulah aku kangen sekali dengan teriakan Ummiku yang membangunkan kami untuk sholat shubuh. Betapa beruntungnya saya memiliki ibu yang sangat perhatian tentang masalah sholat. Sehingga dimanapun kami berada insyallah kami tetap melaksanakan kewajiban sholat 5 waktu. Dari situlah kebiasaan yang terbentuk sedari kecil mempengaruhi kehidupanku sampai sekarang. Kadang saya berifikir, mungkin barangkali jika saya tidak di tanamkan seperti itu sejak kecil masalah sholat, saya akan menyepelekan sholat dan tidak mengerjakan sholat seperti kebanyakan orang saat ini. mereka sering meninggalkan sholat dengan mudahnya dan ini dapat dilihat di sekitar kita.
Ummiku sering menasehati tentang berbagi terhadap sesama. Ketika kita membeli makanan, kita juga harus ingat orang yang ada di rumah sehingga jangan beli untuk diri sendiri tetapi beli juga untuk orang rumah atau setidaknya menawari makanan yang kita makan barangkali ada orang/saudara yang juga ingin makan makanan tersebut. Saya dan adik-adikku di ajarkan agar tidak pelit karena kita hidup bersama, meskipun hanya sedikit itu merupakan sodaqoh kita. Saya terkadang di tegur, beliau karena di rumah banyak anak kecil disebabkan kami hidup satu atap bersama keluarga padhe (kaka Ummiku) karena kami tidak memiliki rumah sehingga kami tinggal di rumah peninggalan jid/jidah (kakek/nenek) yang sekarang menjadi hak ahli waris sehingga kita harus membagi apa yg mau kita makan. Tidak hanya menasehati, Ummiku juga memberi contoh dengan membelikan sesuatu yang akan kita makan untuk orang rumah juga. Saya terkadang masih harus belajar banyak dari sifat berbagi Ummiku karena aku terkadang masih egois apa yang aku makan karena hanya membeli satu disebabkan terkendala masalah uang yang pas-pasan.
Ummiku memiliki sifat ramah kepada semua orang. Maka tidak heran orang yang membeli dagangan Ummiku merasa senang karena keramahan Ummiku. Dan orang-orang juga ikut memanggil Ummi. Terkadang ketika saya belanja di suatu tempat dan saya tidak jadi membeli karena saya tidak menyukainya, si penjual bersikap sinis karena daganganya tidak jadi dibeli. Ummiku tidak seperti itu, meskipun dagangan pakaiaannya sudah di berantakin dan tidak jadi dibeli oleh calon pembeli/pelanggan, Ummiku tak masalah karena rezeki Allah yang atur. Kadang juga ada calon pembeli yang malah kelewat batas menawar barang dagangan dengan harga yang tidak semestinya/ menawar terlalu rendah (lebih rendah dari harga asli barang) dan ngotot mempertahankan penawaran yang rendah tersebut atau menawar meskipun kami sudah memberikan harga yang paling rendah (menggambil keuntungan paling kecil) Ummiku pun menegurnya dengan senyum dan dengan kata-kata yang ramah. Ummiku orang yang sabar dalam menghadapi ujian hidup yang Allah berikan berturut-turut pada keluarga kami. Abah dan Ummiku pada tahun 2009 mengalami kecelakaan tepat sebelum aku menjadi Mahasiswa dan kecelakaan tersebut mengakibatkan Abahku di operasi serta korban anak kecil yang ikut tertabrak pun harus di operasi sehingga aku harus merelakan uang kuliahku yang sudah saya bayar harus aku tarik kembali demi tambahan biaya operasi Abah dan anak tersebut. Di sela-sela cobaan tersebut saya masih diberikan kesempatan untuk kuliah karena orangtuaku bersikeras dapat membiayai kuliahku. Selepas kejadian kecelakaan itu omset dagangan Abahku menurun karena abahku tidak terjun langsung menghadapi dagangannya disebabkan harus pemulihan di rumah padahal hanya sebentar. Tidak sampai di situ berapa tahun kemudian rumah yang kami punya sendiri dan sudah kami tempati selama belasan tahun harus kami relakan untuk dijual demi menutupi hutang-hutang yang semakin menumpuk di bank dan dimana-mana. Disitulah peran Ummiku sebagai istri bertambah dengan membagi keuangan untuk kebutuhan sehari-hari dan membantu Abahku karena masih ada sisa hutang. Kami hidup harus semakin prihatin dan menahan segala keinginan. Selepas aku lulus kuliah aku terkena penyakit serius padahal saat itu saya sudah mulai bekerja sehingga aku harus ikhlas melepasnya. Tidak sampai di situ  kami harus merelakan satu-satunya tanah demi pelunasan hutang agar kami terbebas dari semua hutang. Alhamdulillah Ummiku selalu sabar dan tangguh menghadapi cobaan yang silih berganti. Serta selalu menyemangatiku agar tidak kecil hati terhadap penyakit serius yang saya derita. Ummiku sering bilang “Allah mau kasih sesuatu yang tidak kau sangka-sangka sesuatu yang Wah!! Buat kamu”. Saat kondisiku menurun dan harus dilarikan kerumah sakit. Ummiku yang menjagaku 24 jam saat aku di rawat inap. Padahal Ummiku juga sedang menderita sakit Kista dan mengharuskan untuk operasi secepatnya karena semakin sakit jika menstruasi tiba. Meskipun begitu Ummiku lebih mementingkan keadaan aku yang sedang mulai pemulihan di rumah sehingga Ummiku untuk menunda operasi untuk fokus kesembuhanku. Kata beliau “kalau kamu sembuh baru Ummi operasi” “bagaimana jadinya Ummi operasi sedangkan kamu masih pemulihan” “otomatis kalau Ummi dioperasi, beliau juga harus diurus selama di Rumah Sakit dan pasca operasi” secara logika jika aku masih dalam masa pemulihan dan mengurus Ummiku di Rumah Sakit dan pasca operasi takutnya nanti aku kambuh lagi jadi Ummiku memutuskan menunda operasi sampai kondisiku benar-benar stabil. Itulah yang membuatku terharu karena ia lebih mementingkan kesehatan anaknya ketimbang ia. Alhamdulillah penyakitku dinyatakan sembuh dan kondisiku stabil, sehinngga aku mendorong Ummiku agar segera dilakukan operasi karena semakin lama sakit saat menstruasi tak tertahankan. Ummiku menyetujui untuk dioperasi serta melihat kondisiku yang sudah mulai stabil. Alhamdulillah semua berjalan lancar. Allah memberikan kesehatan padaku selama aku mengurus Ummi pasca operasi. Sayapun sudah bisa membantu Ummiku berjualan di Pasar selepas masa pemulihan pasca operasi selama kurang lebih satu bulan istirahat di rumah. “Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi batas kemampuan hambaNya”. Alhamdulillah Ini terbukti bahwa Ummiku selalu bisa melewati ujian kasih sayang, yang Allah berikan pada Ummiku dan keluarga ini. Ummiku tidak menyalahkan Allah atas apa yang menimpa keluarga kami. Malah ini dijadikan pelajaran hidup dan introspeksi diri, serta menyadari bahwa ini semua terjadi karena kita sebagai hamba banyak salah kepada Maha Pencipta Alam semesta. Dan setiap rasa sakit yang diderita dapat menghapus dosa kesalahan kita.
Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (Asy Syarh ayat 5). Ummiku selalu mengeluarkan biaya untuk kebutuhan sehari-hari dari hasil keuntungan jualan. Jika dipikir secara logika, keuntungan yang diperoleh tidaklah seberapa meski begitu Alhamdulillah semuanya bisa mencukupi dan bisa di putar lagi untuk belanja, padahal pengeluaran setiap hari Ummiku besar. Tidak hanya biaya belanja harian, memutar dagangan yg merupakan titipan orang namun juga keperluan sekolah serta jajan anaknya. Semuanya ada campur tangan Allah yang bisa saja melipatgandakan uang Ummi di dalam tas. Serta ada saja rezeki dari hamba dermawan yang menginfakan sebagian rizkinya kepada Ummiku. Ini semua Allah yang mengatur. Sehingga sebagai hamba tidak perlu resah dengan segala cobaan yang Allah berikan. Yang perlu kita lakukan sebagai hamba selalu ingat dan dekat kepada Allah. Seperti yang Ummiku contohkan dengan Sholat diawal waktu, sebisa mungkin qiyamul lail, bersedekah meski dalam keadaan pas-pasan, tersenyum serta ramah pada semua orang, jangan menyimpan iri dan dengki, syukuri apa yang ada, berbesar hati  meski orang berkata tidak sepantasnya (jangan dimasukan ke hati), tidak bosan menasehati tentang kebaikan, sabar menghadapi cobaan. Hal-hal semacam itu yang harus aku pelajari pada sosok seorang Ummi Faridah, wanita yang secara penampilan biasa-biasa saja namun memiliki hati yang seindah arti nama beliau berlian/mutiara. Bagiku Ummiku adalah orang yang paling aku cintai setelah Nabi Muhammad SAW. Dan segala jasanya tidak akan bisa aku balas meski gunung emas saya berikan padanya. Beliau wanita berharga yang masih aku punya saat ini. aku bersyukur sekali pada Allah, meski aku tak memiliki harta kekayaan namun aku masih memiliki sosok Ummi yang mengagumkan. tidak bisa aku bayangkan jika suatu hari nanti jiwa dan raganya berpisah dengan dunia dan kembali pada Allah. Membayangkan sekilas hal itu membuat hati ini menangis dan hancur. Tidak ada omelan, nasehat yang langsung aku dengar dari mulutnya. Hanya kenangan serta nasehat yang akan selalu aku ingat. Jika ada kata melebihi I Love You / aku cinta Ummi / aku sayang Ummi. Akan aku berikan padanya. Maafkan anakmu ini Ummi, yang masih banyak melakukan kesalahan, maafkan aku Ummi karena sampai saat ini aku belum bisa memberikan sesuatu pada mu, maafkan aku Ummi aku belum bisa menjadi orang yang dibanggakan, maafkan aku Ummi aku belum bisa bahagiakan Ummi, Maafkan aku Ummi aku belum bisa menjadi orang sukses. Hanya doa yang bisa aku berikan untuk sekarang. Lebih dari kata terimakasih banyak Ummi sudah melahirkan, merawat serta membesarkaku sampai sekarang. Lebih dari kata terimakasih banyak Ummi, selalu mendoakan yang terbaik untukku. Lebih dari terima kasih banyak atas kasih sayang yang engkau curahkan beserta nasehat. Semoga kelak jika dunia sudah berakhir aku dan Ummi bisa bersama di Akhirat yang penuh dengan kesenangan. Aamiin.
Ada sebuah puisi yang ingin aku persembahkan pada Ummiku sebagai hadiah kecil dari hatiku untuk hatimu.


UMMI
Ummi
Ku tahu engkau sangat lelah
Dari dulu hingga kini kau belum merasa bahagia
Ummi
Kini kau terlihat tua
Meski begitu semangatmu bagai pemuda
Kau seperti tak kenal lelah
Dari fajar hingga gelapnya malam
Kau tak pernah berhenti hanya untuk kami
Ummi
Meski kau terlihat tegar dan kuat
Kadang hatimu perih dan sakit
Ummi
Meski ada yang meremehkanmu karena kekuranganmu
Namun bagiku engkau tetap yg terbaik, terhangat, terhebat, dan semua yg terindah
Ummi
Kau menjadi penyemangat di saat ku terpuruk
Jasamu takkan pernah bisa ku tebus
Meski satu gunung emas ku hadiahkan padamu
Ummi
Ku yakin engkau mampu melewati semua ini
Ku yakin ketabahanmu akan terbayar semua
Ku yakin Allah akan memberikanmu hal terindah yg kelak akan kau dapatkan yang tak dapat  kau temukan di sini
Ummi
Maaf, ku belum bisa berbuat apa-apa untuk mu
Belum bisa membahagiakanmu
Ummi
Kaulah wanita terbaik yg ku miliki
Aku mencintaimu Ummi
Aku menyayangimu Ummi
Lebih dari kata Terimakasih banyak Ummi atas segalanya
Dari anakmu yang sering berbuat salah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar