Terlalu banyak yamg harus aku pelajari dari seorang wanita tangguh
di dalam hidupku. Aku biasa memanggilnya Ummi. Ummiku bernama Faridah, beliau
anak ke 9 dari 13 bersaudara. Ummiku menjadi anak yatim sejak kecil kurang
lebih berumur 9 tahun. Bisa di bayangkan Ummiku saat itu beserta keluarganya
harus berjuang menjalani kehidupan yang serba pas-pasan karena beliau hidup di
tengah keluarga sederhana sekali. Ummiku sedari kecil sudah di didik agama oleh
kedua orang tuanya. Satu hal yang selalu ia lakukan sampai saat ini yaitu
beliau sholat 5 waktu di awal waktu dan sholat qiyamul lail. Ummiku mengajarkan
aku dan adik- adikku sholat 5 waktu sedari kecil. Ummiku tak bosan-bosannya
selalu mengikatkan kami untuk sholat. Kata beliau “janganlah bosan mengingatkan
tentang kebaikan terlebih tentang sholat”. Beliau heran jika ada orang tua yang
cape mengingatkan anaknya untuk sholat. Padahal jika orang tua selalu
mengingatkan tentang sholat tanpa bosan setiap hari dan memberi contoh nyata,
rutinitas tersebut akan menjadi kebiasaan yang tak menjadi beban. Sampai
sekarangpun walau anak-anak sudah besar dan sadar akan kewajiban tetap Ummiku
selalu mengingatkan akan sholat.
Saya teringat kisah di waktu kecil, saat aku berbohong masalah sholat
pada Ummiku. Kisah ini terjadi ketika kira-kira saya berumur 10 thn. Seperti
biasa Ummiku selepas pulang berjualan dari pasar hal pertama kali yang beliau
tanyakan adalah sholat. Ketika itu waktu sholat Ashar dan saya mencoba tidak
sholat dan mengakalinya dengan meletakkan mukenah di atas sajadah dengan posisi
seperti sehabis dipakai sehingga agar tampak saya sudah sholat ashar. Ummiku
seperti biasa menanyakan masalah sholat. “kamu sudah sholat belum?”. Dengan
pedenya saya menjawab sudah Mi. Kemudian Ummiku bertanya lagi “kamu sudah
sholat belum?”. Saya jawab lagi “sudah Mi” dengan menunjukan bukti mukenah yang
seperti habis di pakai. Ummi langsung marah padaku dan bilang “jangan bohong!”
“kamu itu belum sholat!” “orang yang sholat dengan yang belum sholat itu
kelihatan dari wajahnya”. Mulai dari saat itu aku tidak berani berbohong pada
Ummiku masalah sholat. Meskipun kami sudah sadar tentang kewajiban sholat tapi
Ummiku selalu mengingatkan tentang sholat. Misal setiap setengah 5 shubuh kami
sudah dibangunkan untuk sholat shubuh sampai berulang kali, sampai aku dan
adik-adikku benar-benar beranjak dari tempat tidur. Kebiasaan seperti itu selalu
aku rindukan ketika aku tinggal jauh dari rumah. Seperti saat saya mulai kuliah
di luar kota dan mulai ngekos. Saat shubuh tiba saya teringat Ummiku yang biasa
membangunkan anak-anaknya berulang kali jika kami tidak bergegas dari tempat
tidur. Di saat shubuh hari itulah aku kangen sekali dengan teriakan Ummiku yang
membangunkan kami untuk sholat shubuh. Betapa beruntungnya saya memiliki ibu
yang sangat perhatian tentang masalah sholat. Sehingga dimanapun kami berada
insyallah kami tetap melaksanakan kewajiban sholat 5 waktu. Dari situlah
kebiasaan yang terbentuk sedari kecil mempengaruhi kehidupanku sampai sekarang.
Kadang saya berifikir, mungkin barangkali jika saya tidak di tanamkan seperti
itu sejak kecil masalah sholat, saya akan menyepelekan sholat dan tidak
mengerjakan sholat seperti kebanyakan orang saat ini. mereka sering
meninggalkan sholat dengan mudahnya dan ini dapat dilihat di sekitar kita.
Ummiku sering menasehati tentang berbagi terhadap sesama. Ketika
kita membeli makanan, kita juga harus ingat orang yang ada di rumah sehingga
jangan beli untuk diri sendiri tetapi beli juga untuk orang rumah atau
setidaknya menawari makanan yang kita makan barangkali ada orang/saudara yang
juga ingin makan makanan tersebut. Saya dan adik-adikku di ajarkan agar tidak
pelit karena kita hidup bersama, meskipun hanya sedikit itu merupakan sodaqoh
kita. Saya terkadang di tegur, beliau karena di rumah banyak anak kecil disebabkan
kami hidup satu atap bersama keluarga padhe (kaka Ummiku) karena kami tidak
memiliki rumah sehingga kami tinggal di rumah peninggalan jid/jidah
(kakek/nenek) yang sekarang menjadi hak ahli waris sehingga kita harus membagi
apa yg mau kita makan. Tidak hanya menasehati, Ummiku juga memberi contoh
dengan membelikan sesuatu yang akan kita makan untuk orang rumah juga. Saya
terkadang masih harus belajar banyak dari sifat berbagi Ummiku karena aku terkadang
masih egois apa yang aku makan karena hanya membeli satu disebabkan terkendala
masalah uang yang pas-pasan.
Ummiku memiliki sifat ramah kepada semua orang. Maka tidak heran
orang yang membeli dagangan Ummiku merasa senang karena keramahan Ummiku. Dan
orang-orang juga ikut memanggil Ummi. Terkadang ketika saya belanja di suatu
tempat dan saya tidak jadi membeli karena saya tidak menyukainya, si penjual
bersikap sinis karena daganganya tidak jadi dibeli. Ummiku tidak seperti itu,
meskipun dagangan pakaiaannya sudah di berantakin dan tidak jadi dibeli oleh
calon pembeli/pelanggan, Ummiku tak masalah karena rezeki Allah yang atur.
Kadang juga ada calon pembeli yang malah kelewat batas menawar barang dagangan
dengan harga yang tidak semestinya/ menawar terlalu rendah (lebih rendah dari
harga asli barang) dan ngotot mempertahankan penawaran yang rendah tersebut
atau menawar meskipun kami sudah memberikan harga yang paling rendah
(menggambil keuntungan paling kecil) Ummiku pun menegurnya dengan senyum dan dengan
kata-kata yang ramah. Ummiku orang yang sabar dalam menghadapi ujian hidup yang
Allah berikan berturut-turut pada keluarga kami. Abah dan Ummiku pada tahun
2009 mengalami kecelakaan tepat sebelum aku menjadi Mahasiswa dan kecelakaan
tersebut mengakibatkan Abahku di operasi serta korban anak kecil yang ikut
tertabrak pun harus di operasi sehingga aku harus merelakan uang kuliahku yang
sudah saya bayar harus aku tarik kembali demi tambahan biaya operasi Abah dan anak
tersebut. Di sela-sela cobaan tersebut saya masih diberikan kesempatan untuk
kuliah karena orangtuaku bersikeras dapat membiayai kuliahku. Selepas kejadian
kecelakaan itu omset dagangan Abahku menurun karena abahku tidak terjun
langsung menghadapi dagangannya disebabkan harus pemulihan di rumah padahal
hanya sebentar. Tidak sampai di situ berapa tahun kemudian rumah yang kami punya
sendiri dan sudah kami tempati selama belasan tahun harus kami relakan untuk
dijual demi menutupi hutang-hutang yang semakin menumpuk di bank dan dimana-mana.
Disitulah peran Ummiku sebagai istri bertambah dengan membagi keuangan untuk
kebutuhan sehari-hari dan membantu Abahku karena masih ada sisa hutang. Kami
hidup harus semakin prihatin dan menahan segala keinginan. Selepas aku lulus
kuliah aku terkena penyakit serius padahal saat itu saya sudah mulai bekerja sehingga
aku harus ikhlas melepasnya. Tidak sampai di situ kami harus merelakan satu-satunya tanah demi
pelunasan hutang agar kami terbebas dari semua hutang. Alhamdulillah Ummiku
selalu sabar dan tangguh menghadapi cobaan yang silih berganti. Serta selalu
menyemangatiku agar tidak kecil hati terhadap penyakit serius yang saya derita.
Ummiku sering bilang “Allah mau kasih sesuatu yang tidak kau sangka-sangka
sesuatu yang Wah!! Buat kamu”. Saat kondisiku menurun dan harus dilarikan
kerumah sakit. Ummiku yang menjagaku 24 jam saat aku di rawat inap. Padahal
Ummiku juga sedang menderita sakit Kista dan mengharuskan untuk operasi
secepatnya karena semakin sakit jika menstruasi tiba. Meskipun begitu Ummiku
lebih mementingkan keadaan aku yang sedang mulai pemulihan di rumah sehingga
Ummiku untuk menunda operasi untuk fokus kesembuhanku. Kata beliau “kalau kamu
sembuh baru Ummi operasi” “bagaimana jadinya Ummi operasi sedangkan kamu masih
pemulihan” “otomatis kalau Ummi dioperasi, beliau juga harus diurus selama di
Rumah Sakit dan pasca operasi” secara logika jika aku masih dalam masa
pemulihan dan mengurus Ummiku di Rumah Sakit dan pasca operasi takutnya nanti
aku kambuh lagi jadi Ummiku memutuskan menunda operasi sampai kondisiku
benar-benar stabil. Itulah yang membuatku terharu karena ia lebih mementingkan
kesehatan anaknya ketimbang ia. Alhamdulillah penyakitku dinyatakan sembuh dan
kondisiku stabil, sehinngga aku mendorong Ummiku agar segera dilakukan operasi
karena semakin lama sakit saat menstruasi tak tertahankan. Ummiku menyetujui
untuk dioperasi serta melihat kondisiku yang sudah mulai stabil. Alhamdulillah
semua berjalan lancar. Allah memberikan kesehatan padaku selama aku mengurus
Ummi pasca operasi. Sayapun sudah bisa membantu Ummiku berjualan di Pasar
selepas masa pemulihan pasca operasi selama kurang lebih satu bulan istirahat
di rumah. “Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi batas kemampuan
hambaNya”. Alhamdulillah Ini terbukti bahwa Ummiku selalu bisa melewati ujian
kasih sayang, yang Allah berikan pada Ummiku dan keluarga ini. Ummiku tidak
menyalahkan Allah atas apa yang menimpa keluarga kami. Malah ini dijadikan
pelajaran hidup dan introspeksi diri, serta menyadari bahwa ini semua terjadi
karena kita sebagai hamba banyak salah kepada Maha Pencipta Alam semesta. Dan
setiap rasa sakit yang diderita dapat menghapus dosa kesalahan kita.
Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (Asy Syarh ayat
5). Ummiku selalu mengeluarkan biaya untuk kebutuhan sehari-hari dari hasil
keuntungan jualan. Jika dipikir secara logika, keuntungan yang diperoleh
tidaklah seberapa meski begitu Alhamdulillah semuanya bisa mencukupi dan bisa
di putar lagi untuk belanja, padahal pengeluaran setiap hari Ummiku besar.
Tidak hanya biaya belanja harian, memutar dagangan yg merupakan titipan orang namun
juga keperluan sekolah serta jajan anaknya. Semuanya ada campur tangan Allah
yang bisa saja melipatgandakan uang Ummi di dalam tas. Serta ada saja rezeki
dari hamba dermawan yang menginfakan sebagian rizkinya kepada Ummiku. Ini semua
Allah yang mengatur. Sehingga sebagai hamba tidak perlu resah dengan segala
cobaan yang Allah berikan. Yang perlu kita lakukan sebagai hamba selalu ingat dan
dekat kepada Allah. Seperti yang Ummiku contohkan dengan Sholat diawal waktu,
sebisa mungkin qiyamul lail, bersedekah meski dalam keadaan pas-pasan,
tersenyum serta ramah pada semua orang, jangan menyimpan iri dan dengki,
syukuri apa yang ada, berbesar hati
meski orang berkata tidak sepantasnya (jangan dimasukan ke hati), tidak
bosan menasehati tentang kebaikan, sabar menghadapi cobaan. Hal-hal semacam itu
yang harus aku pelajari pada sosok seorang Ummi Faridah, wanita yang secara
penampilan biasa-biasa saja namun memiliki hati yang seindah arti nama beliau
berlian/mutiara. Bagiku Ummiku adalah orang yang paling aku cintai setelah Nabi
Muhammad SAW. Dan segala jasanya tidak akan bisa aku balas meski gunung emas
saya berikan padanya. Beliau wanita berharga yang masih aku punya saat ini. aku
bersyukur sekali pada Allah, meski aku tak memiliki harta kekayaan namun aku
masih memiliki sosok Ummi yang mengagumkan. tidak bisa aku bayangkan jika suatu
hari nanti jiwa dan raganya berpisah dengan dunia dan kembali pada Allah.
Membayangkan sekilas hal itu membuat hati ini menangis dan hancur. Tidak ada
omelan, nasehat yang langsung aku dengar dari mulutnya. Hanya kenangan serta
nasehat yang akan selalu aku ingat. Jika ada kata melebihi I Love You / aku
cinta Ummi / aku sayang Ummi. Akan aku berikan padanya. Maafkan anakmu ini Ummi,
yang masih banyak melakukan kesalahan, maafkan aku Ummi karena sampai saat ini
aku belum bisa memberikan sesuatu pada mu, maafkan aku Ummi aku belum bisa
menjadi orang yang dibanggakan, maafkan aku Ummi aku belum bisa bahagiakan
Ummi, Maafkan aku Ummi aku belum bisa menjadi orang sukses. Hanya doa yang bisa
aku berikan untuk sekarang. Lebih dari kata terimakasih banyak Ummi sudah
melahirkan, merawat serta membesarkaku sampai sekarang. Lebih dari kata
terimakasih banyak Ummi, selalu mendoakan yang terbaik untukku. Lebih dari
terima kasih banyak atas kasih sayang yang engkau curahkan beserta nasehat.
Semoga kelak jika dunia sudah berakhir aku dan Ummi bisa bersama di Akhirat
yang penuh dengan kesenangan. Aamiin.
Ada sebuah puisi yang ingin aku persembahkan pada Ummiku sebagai
hadiah kecil dari hatiku untuk hatimu.
UMMI
Ummi
Ku tahu engkau sangat lelah
Dari dulu hingga kini kau belum merasa bahagia
Ummi
Kini kau terlihat tua
Meski begitu semangatmu bagai pemuda
Kau seperti tak kenal lelah
Dari fajar hingga gelapnya malam
Kau tak pernah berhenti hanya untuk kami
Ummi
Meski kau terlihat tegar dan kuat
Kadang hatimu perih dan sakit
Ummi
Meski ada yang meremehkanmu karena kekuranganmu
Namun bagiku engkau tetap yg terbaik, terhangat, terhebat, dan
semua yg terindah
Ummi
Kau menjadi penyemangat di saat ku terpuruk
Jasamu takkan pernah bisa ku tebus
Meski satu gunung emas ku hadiahkan padamu
Ummi
Ku yakin engkau mampu melewati semua ini
Ku yakin ketabahanmu akan terbayar semua
Ku yakin Allah akan memberikanmu hal terindah yg kelak akan kau
dapatkan yang tak dapat kau temukan di sini
Ummi
Maaf, ku belum bisa berbuat apa-apa untuk mu
Belum bisa membahagiakanmu
Ummi
Kaulah wanita terbaik yg ku miliki
Aku mencintaimu Ummi
Aku menyayangimu Ummi
Lebih dari kata Terimakasih banyak Ummi atas segalanya
Dari anakmu yang sering berbuat salah